Bagaimana Cara Membantu Orang Depresi Melalui Kisah Maryam A.S.

23 Mei 2024 oleh
Royyan

Oleh : Andi Muammal Zakki (Mahasiswa Bahasa dan Sastra Arab, IAIN Parepare)

Mental health, mental health… iman lu aja tuh yang lagi turun!”.

            Statement di atas sering kita dengar dari beberapa orang, penulis ingin membahas persoalan “depresi” dari perspektif orang yang mengalami.

            Penulis tidak akan membahas pengertian dan penyebab depresi (karena penulis yakin pembaca telah membaca atau setidaknya sedikit tahu tentang depresi, apalagi ini dikatakan “penyakit” yang lagi nge-trend di generasi ini atau Gen Z).

            Penulis ingin bertanya, mari berimajinasi sejenak, anggap pembaca adalah seorang yang lahir di zaman nabi yang di mana beliau baru saja kehilangan pamannya Hamzah dalam peperangan dan istrinya Khadijah di tahun yang sama bahkan tahun itu dinamakan “Aamul Huzn” atau Tahun Kesedihan. Apa yang akan pembaca katakan kepada Beliau jika beliau sedang ”curhat” dengan Anda padahal beliau sudah, anggaplah beliau berlarut-larut dalam sedihnya?

“Halah gitu doang. Semua orang punya masalah kali! Kemaren si Fulanah juga berduka tapi gak sesedih ini, kita tuh harus terus mandang kedepan, liat positifnya aja, Bukan lu aja! Banyak-banyakin bersyukur!”.

Atau ”Kami turut merasakan kepedihan yang anda alami wahai Nabi, kami hanya ingin memberitahu bahwa kami ada disini untuk mendengar Baginda Nabi, kami tahu kesedihan dan kepedihan yang Baginda Nabi alami tetaplah bersabar maka niscaya baginda akan sanggup melalui semua ini.”

Which one is better? Mana yang lebih baik? Pembaca pasti akan mengatakan “Ya jelas ke-dualah! Mana mungkin bilang yang pertama, itu ngelawak sih!”.

Oke sekarang kita ganti, bagaimana jika teman kalian yang diposisi itu? Bagaimana jika sahabat kalian di posisi itu? Bagaimana jika keluarga kalian yang di posisi itu? Penulis yakin tidak semua pembaca bisa menjadi yang ”kedua” dan mayoritas pembaca akan menjadi yang pertama, walaupun, tentu ada beberapa berusaha menjadi yang ”ke-dua” tapi seperti tak kelihatan demikian. Mengapa penulis berkata demikian karena penulis pernah melakukan penelitian kecil dan menguji beberapa orang. Rata-rata orang akan mengatakan ”Banyakin zikir sih”, ”Banyakin ngaji sih”, ”Perbanyak sholat sih”. Well, maksud penulis, tidak masalah sih, bagus malahan jika menyarankan untuk memperdekat diri kepada Allah, tidak ada masalah disitu, yang menjadi masalah adalah orang cenderung memberi respon yang tidak tepat seperti itu, Penulis akan memberikan saran bagaimana menghadapi orang yang sedang depresi melalui kisah Maryam yang penulis dapatkan dari seorang Influencer Muslim Tiktok yang akunnya bernama ”warsa.Imunz.waka” yang di posting dengan bahasa Inggris pada 17 November 2023.

Disana dijelaskan bagaimana kita bisa mengambil 3 hikmah dari sebuah kisah yakni kisah Maryam A.S.

Di Al-Qur’an dikatakan:

فَاَجَاۤءَهَا الْمَخَاضُ اِلٰى جِذْعِ النَّخْلَةِۚ قَالَتْ يٰلَيْتَنِيْ مِتُّ قَبْلَ هٰذَا وَكُنْتُ نَسْيًا مَّنْسِيًّا

”Rasa sakit akan melahirkan memaksanya (bersandar) pada pangkal pohon kurma. Dia (Maryam) berkata, “Oh, seandainya aku mati sebelum ini dan menjadi seorang yang tidak diperhatikan dan dilupakan (selama-lamanya).”

            Bayangkan jika Allah membalas seperti mayoritas orang akan membalas jika seseorang sedang terkena depresi hingga ke titik ingin mengakhiri hidupnya? Bayangin Allah ngebalas ”Banyakin bersyukur, lihat dari segi positifnya aja, itu semua di kepala kamu doang, elu tuh orang terpilih”?.

            Namun ketimbang membalas, Allah langsung ngirim pertolongan. “Langsung”. Terus ayat selanjutnya itu ngomong spesifik kalo ada orang dibawahnya Maryam yang seolah ada orang yang menurunkan levelnya ke levelnya Maryam yang lagi sedih.

        فَنَادٰىهَا مِنْ تَحْتِهَآ اَلَّا تَحْزَنِيْ قَدْ جَعَلَ رَبُّكِ تَحْتَكِ سَرِيًّا

“Dia (Jibril) berseru kepadanya dari tempat yang rendah, “Janganlah engkau bersedih. Sungguh, Tuhanmu telah menjadikan anak sungai di bawahmu.”

Hikmah/Pelajaran Pertama

Jikalau pembaca menemukan orang diposisi seperti Maryam A.S pastikan pembaca menemani mereka, nge-hibur mereka dengan kehadiran anda, pahami penderitaannya dan perasaannya, kasih mereka harapan. Malaikat meyakinkannya dan memberitahunya bahwa Allah telah menciptakan sungai di bawahnya. Air selalu merupakan pertanda baik, ia memuaskan dahaga pembaca baik secara fisik maupun metaforis.

Yang malaikat katakan selanjutnya ialah.

وَهُزِّيْٓ اِلَيْكِ بِجِذْعِ النَّخْلَةِ تُسٰقِطْ عَلَيْكِ رُطَبًا جَنِيًّاۖ

”Goyanglah pangkal pohon kurma itu ke arahmu, niscaya (pohon) itu akan menjatuhkan buah kurma yang masak kepadamu.”

Ini simply luar biasa. Jibril memerintahkan sesuatu untuk dikerjakan. Sebagian orang mengatakan ini aneh, ”Kok merintah-merintah orang yang lagi depresi?” Nah…

Hikmah/Pelajaran Kedua

Motivasilah orang tersebut, bantu mereka bangkit. Kenapa Jibril memerintahkan seperti demikian yakni untuk membantu Maryam tidak memikirkan pikiran-pikiran yang datang seperti dijelaskan di ayat sebelumnya. Jadi, lain kali pembaca menemukan orang depresi, bantu mereka buat mengalihkan perhatian mereka, misalnya suruh ambil air minum, suruh mewarnai, intinya apa saja yang penting membantu mengalihkan mereka.

 فَكُلِيْ وَاشْرَبِيْ وَقَرِّيْ عَيْنًاۚ فَاِمَّا تَرَيِنَّ مِنَ الْبَشَرِ اَحَدًاۙ فَقُوْلِيْٓ اِنِّيْ نَذَرْتُ لِلرَّحْمٰنِ صَوْمًا فَلَنْ اُكَلِّمَ الْيَوْمَ اِنْسِيًّاۚ

”Makan, minum, dan bersukacitalah engkau. Jika engkau melihat seseorang, katakanlah, ‘Sesungguhnya aku telah bernazar puasa (bicara) untuk Tuhan Yang Maha Pengasih. Oleh karena itu, aku tidak akan berbicara dengan siapa pun pada hari ini.’” Apa Maksudnya? Nah...

Hikmah/Pelajaran Ketiga

Malaikat Jibril menyarankan buat gak usah ngasih tahu apapun ke orang-orang. Jadi, lain kali pembaca ketemu dengan orang depresi, setelah menjadi pendengar dan teman yang baik, pastikan pembaca mayakinkan mereka seperti yang Jibril katakan bahwa tidak usah memberitahu semua orang karena tidak semua orang akan memahami yang Maryam alami, cukup pada orang kalian percayai atau yakinkan mereka untuk bertemu psikolog atau psikiater karena dalam hal ini hanya mereka yang dapat memahami.

Sekian. Wallahu’alam Bissawaab.



di dalam Opini
Royyan 23 Mei 2024
Share post ini
Label
Blog-blog kami
Arsip